“Pak BeGo’g”
Oleh: Syaiful Bahri A khirnya niatku untuk bisa berbincang dan berbicara dengannya kesampaian. Selama ini aku hanya bisa melihat senyum dan tawanya saja ketika kami saling berpapasan di jalan. Kalau kuhitung, pertemuan-pertemuan itu sudah berulang kali dan bahkan udah tahunan. Aku memiliki kesan yang sangat kuat kepadanya, dalam beberapa pekan terakhir aku memang berharap bisa duduk dan berbincang-bincang dengannya. Dia bukan seorang pejabat, bukan pula seorang pegawai atau karyawan kantoran. Dia bukan tokoh masyarakat, bukan juga seorang alim ulama. Atau pemilik perusahaan dan rumah mewah. Dia hanya seorang lalaki paru baya, yang memiliki banyak kerutan di wajahnya. Perawakannya yang kecil, kurus dan urat-urat tubuh yang menonjol dengan kulit yang mulai berkerut menyusut. Tapi tampak kuat seperti tulang besi otot kawat. Tubuhnya sering berpeluh penuh keringat dan berkilat. Namanya pak Bego’g, itupun aku baru tahu ketika aku menanyakannya semalam. “BeGo’g a...