Posts

Showing posts from December, 2014

“Pak BeGo’g”

Image
Oleh: Syaiful Bahri A khirnya niatku untuk bisa berbincang dan berbicara dengannya kesampaian. Selama ini aku hanya bisa melihat senyum dan tawanya saja ketika kami saling berpapasan di jalan. Kalau kuhitung,  pertemuan-pertemuan itu sudah berulang kali dan bahkan udah tahunan. Aku memiliki kesan yang sangat kuat kepadanya, dalam beberapa pekan terakhir aku memang berharap bisa duduk dan berbincang-bincang dengannya. Dia bukan seorang pejabat, bukan pula seorang pegawai atau karyawan kantoran. Dia bukan tokoh masyarakat, bukan juga seorang alim ulama. Atau pemilik perusahaan dan rumah mewah. Dia hanya seorang lalaki paru baya, yang memiliki banyak kerutan di wajahnya. Perawakannya yang kecil, kurus dan urat-urat tubuh yang menonjol dengan kulit yang mulai berkerut menyusut. Tapi tampak kuat seperti tulang besi otot kawat. Tubuhnya sering berpeluh penuh keringat dan berkilat. Namanya pak Bego’g, itupun aku baru tahu ketika aku menanyakannya semalam. “BeGo’g atau

“Tulisan adalah Jejak Sejarah”

Image
Oleh: Syaiful Bahri S uka share status? Memang sudah dipikir saat buat status? senang ya kalau ada yang like, lalu koment-koment gitu. Lucunya lagi pake ngelike status sendiri. Pake yang pertama lagi. Hehe… Ia sih.. enggak ada yang ngelarang kita membuat status apapun di media social. Pokoknya asick aja gitu. Walaupun itu sering nyebelin. Sebel, ngeliat dan baca status yang alay dan ngeluh terus. Ada juga tuh, status yang marah-marah. Tahu tuh, lagi di php in ama si doi, lalu buat status, “ngambek”  “ih, dia nyebelin deh.”  “Awas loo ya, bukan au aja pacar gue.” Bla…bla….bla…… Hehe…. Aneh-aneh dan lucu. Eh, banyak yang like juga tuh. Memang dipikirin, klik..klik. Hemm….apapun yang dipikirkan dan dituliskan itu hak pribadi. Sah-sah saja. Nulisnya di akun sendiri. Yang sebel biarin aja deh. Kalau mau ngelike silahkan, yang mau koment ayok…. Terserah ama penilaiannya masing-masing. Tapi tahukah kamu, di zaman serba digital dan canggih saat sekarang i

“Penjual Balon Naik Pesawat”

Image
Oleh: Syaiful Bahri E nggak pernah ngimpi, apalagi ngebayangin punya keinginan untuk naik pesawat. Buat mikirin biaya sekolah anak dan kebutuhan sehari-hari aja, perlu ekstra kerja keras. Beruntung pergaulan luas, banyak orang yang mempercayainya untuk mengageni tanah dan rumah untuk dijualkan. Hanya sekali-kali keberuntungan kepadanya, kebanyakan kecewanya. Ngejalanin hudup sebagai penjual balon menjadi pekerjaan sehari-harinya. Suatu kali, Ia bercerita dengan sumringah kepadaku. Ada kegembiraan yang sangat terpancar diwajahnya. Wajah polosnya tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya. “Kemaren, Aku baru balek dari Jakarta. Naik Pesawat, Pulang pergi dibayarin,” katanya kepadaku. “Oh, Ya. Kapan berangkatnya? Ada keperluan apa di sana?” tanyaku dengan  mata yang sedikit membesar. “Hanya sehari saja disana, bersama kawan yang minta ditemani untuk mengurus keperluannya di Jakarta, seminggu yang lalu,” jawabnya sambil tersenyum. Selanjutnya, ia bercerita t