“Penjual Balon Naik Pesawat”
Oleh:
Syaiful Bahri
Enggak pernah ngimpi, apalagi ngebayangin punya
keinginan untuk naik pesawat. Buat mikirin biaya sekolah anak dan kebutuhan
sehari-hari aja, perlu ekstra kerja keras. Beruntung pergaulan luas, banyak
orang yang mempercayainya untuk mengageni tanah dan rumah untuk dijualkan.
Hanya sekali-kali keberuntungan kepadanya, kebanyakan kecewanya. Ngejalanin
hudup sebagai penjual balon menjadi pekerjaan sehari-harinya.
Suatu kali, Ia bercerita dengan sumringah kepadaku.
Ada kegembiraan yang sangat terpancar diwajahnya. Wajah polosnya tidak bisa
menyembunyikan perasaan bahagianya.
“Kemaren, Aku baru balek dari Jakarta. Naik Pesawat,
Pulang pergi dibayarin,” katanya kepadaku.
“Oh, Ya. Kapan berangkatnya? Ada keperluan apa di
sana?” tanyaku dengan mata yang sedikit
membesar.
“Hanya sehari saja disana, bersama kawan yang minta
ditemani untuk mengurus keperluannya di Jakarta, seminggu yang lalu,” jawabnya
sambil tersenyum.
Selanjutnya, ia bercerita tentang perjalanannya di
atas pesawat. Ketika, Ia sangat terkejut dan merasa takut, saat terdengar dan
terasa olehnya suara, Geleduk…. Geleduk… sehingga menggoncang badan pesawat.
“Rupanya,” katanya sambil membuka lebar mulutnya.
“Pesawat
menabrak gundukan awan.” Dengan matanya mengarah tepat di bola mataku.
Sambil tertawa, Ia menunjuk tangannya ke langit yang
berawan.
“Nah, Awan-awan seperti itulah yang menimbulkan
suara geleduk, geleduk, ketika pesawat melintasi dan menabraknya.”
Saat itu dilangit terlihat kumpulan-kumpulan awan
putih bergerombol, yang sedikit menghitam. Awan-awan itu menyembunyikan air
didalamnya.
Sambil tertawa lagi, Ia berkata;
“Rupanya, Dilangitpun ada juga polisi tidurnya. Awan
itulah polisi tidurnya.”
Aku tertawa terkekeh mendengar ucapannya yang
terakhir. Enggak di darat, di laut, maupun di langit, ada juga polisi tidur
yang mengganggu kenyaman orang saat melintasi jalur jalannya.
Begitu juga dengan nasib dan perjalanan hidup
seseorang. Siapa yang tahu? Tidak selamanya hidup dalam kesedihan dan
kesusahan. Bila, Kun Fayakun kata Tuhan, jadi maka jadilah. Tidak ada seorang
pun yang dapat menolak takdirnya.
Masih berpikiran enggak mungkin? Beranilah bermimpi.
Ngimpiin apa aja. enggak ada yang ngelarang. Siapa tahu esok hari bisa pergi ke
Bulan. Hehe.. J
By: Syaiful Bahri
Suara Menara Qalbu (SMQ) – 28 November 2014