“Malaikatpun Tersenyum”
Oleh: Syaiful Bahri Kek Dollah, aku menyebutnya. Di usianya yang lanjut ia tetap rutin sholat berjamaah di masjid. Perawakannya yang kecil dan kurus tak pernah menghalanginya untuk paling duluan ada di masjid. Terkadang ia membuka pintu-pintu masjid yang masih terkunci. Sambil menunggu waktu azan, ia gunakan waktunya untuk membaca Al-quran dan membaca buku pinjaman dari taman bacaan masjid. Kek Dollah sangat senang sekali Azan. Dengan suara paraunya, ia mengumandangkan azan hampir di setiap waktu. Kadang ia pula yang menjadi imam. Wajah teduhnya menyejukkan. Ketenangannya menghanyutkan. Ia tak mau membuang sisa waktu hidupnya selain untuk beribadah dan memakmurkan masjid. Begitu pula di waktu bulan ramadhan, ia ikut berbuka bersama. Ia menjadi orang tua yang sangat kami hormati. Tapi kini, Kek Dollah sudah tidak ada. Namun kenangan bersamanya. Masih tetap aku ingat. Bagaimana ia sering bertanya, tentang buku-buku yang ada di taman bacaan yang aku kelola. Kek Do...