“Lagak”
Oleh: Syaiful Bahri
Dan ketika didekati, mereka asik dengan dirinya
sendiri. Cuek dan tidak mempedulikan orang yang mendatangi. Sedikitpun wajahnya
tak berpaling. Meninggikan diri dan meningkatkan kesibukannya. Ia berharap
orang yang datang segera meninggalkannya. Baginya hanya membuang waktu dan mengganggu saja. Dimata mereka hanya orang-orang yang
sederajat saja yang layak untuk segera dilhampiri dan dilayani.
Bagi mereka senyum itu mahal. Senyum berarti
keterbukaan dan siap menjalin hubungan. Mereka sulit melakukan itu. Ada
penilaian untung dan rugi. Jika orang yang mendatanginya memberikan keuntungan,
mereka segera menghampiri. Tapi bila yang datang tampak tak menguntungkan,
mereka belagak tak tahu saja.
“Lagak kali
kau?! Atau, lagak kali pun orangnya. Benci aku jadinya”
Kata-kata itu
mungkin pernah kita dengar. Atau boleh jadi keluar sendiri dari mulut kita.
Mengapa? Bisa jadi karena kita kesal melihat sikap seseorang yang kita lihat
atau yang kita jumpai. Terlebih bila orang yang dimaksud memiliki kedudukan
atau jabatan. Atau mereka orang-orang yang diberi kekuasaan atau harta yang
berlebih. Tapi ingat loh, orang-orang lagak ini tidak hanya kita jumpai dari
orang-orang yang berduit atau berpangkat saja. Sikap dan sifat ini bisa
dimiliki oleh siapa saja. Termasuk
orang-orang yang dilebihkan dan merasa memiliki banyak ilmu.
Apa sih
sebenarnya lagak itu?
Kalau melihat
dari ucapan-ucapan yang sering kita dengar yang ditujukan kepada seseorang.
Kata lagak itu bisa bermakna sombong.
Artinya sikap ini adalah sifat yang paling dibenci oleh Allah. Sebagai seorang
manusia apa sih sebenarnya yang bisa kita sombongkan? Semua yang kita miliki
ini hanyalah titipan dan pinjaman dari Allah. Sewaktu-waktu bisa saja diambil
kembali olehNya. Yang paling berhak untuk sombong itu adalah Allah.
Orang-orang
lagak ini, lebih banyak begayanya. Kadang bisa tidak disadari. Sikap ini bisa
muncul kapan saja. Misalnya disaat memiliki mobil dan sepeda motor baru, atau baju
baru. Ia belagak sok paling kaya, paling cantik. Atau memiliki model rambut terbaru,
tas baru, gadget-gadget baru yang dimiliki, sebagai bentuk ekspresi
membanggakan diri. Sehinggak muncullah kata-kata lagak itu.
Bagi
orang-orang yang menyadari betul arti
hidupnya. Kehidupan ini bukanlah untuk berlagak-lagak , berbangga-bangga diri.
Atau menjadi manusia sombong dimuka bumi ini. Karena apapun fasilitas yang dimiliki semua hanyalah
pemberian dan kenikmatan sementara yang diberikan Allah kepadanya.
Hanya ada dua
pilihan ketika kenikmatan-kenikmatan itu kita miliki. Yang pertama kita
mensyukurinya sembari menanti tambahannya dari Allah. Yang kedua kita bersabar
ketika kenikmatan-kenikmatan itu hilang dari kita, seraya berharap Allah
memberikan yang lebih baik kepada kita. Kedua pilihan itu memberikan kesadaran
tak ada yang pantas kita lagak-kan dalam kehidupan ini.
Suara Menara
Qalbu (SMQ) : 5/31/2016