“Nikmatnya Iman”

Oleh: Syaiful Bahri
Bila dihitung-hitung, nikmat Tuhan yang mana lagi yang bisa kita dustakan? Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Kita menikmati semua fasilitas yang dikaruniakan Tuhan kepada kita. Nafas dan udara yang kita hirup. Makanan yang kita makan dan minuman yang kita minum. Kita mandi dan membuang hajat. Adalah permulaan aktifitas hidup yang kita jalani. Tubuh kita sehat bisa menjalani semua aktifitas itu adalah merupakan karunia dari Tuhan.

Di bulan Ramadhan, kita menjalani aktifitas hidup yang berbeda. Kita menjalankan kewajiban berpuasa di siang hari. Kita disunahkan untuk makan sahur. Di saat itu kita bisa merasakan betapa beratnya bangun di waktu itu. Bagi sebagian besar orang waktu yang paling enak dan nyenyaknya tidur. Tentu ada kemalasan untuk bangun dan makan sahur di akhir malam ditengah udara yang dingin. Namun itu semua bisa kita lakukan karena kita yakin ada keberkahan yang Allah berikan agar kita dikuatkan berpuasa di siang harinya.

Sejenak kita renungkan, aktifitas pertama yang kita lakukan di waktu itu. Kita bangun dari tidur. Kita berkumur-kumur, mencuci muka, mandi atau mengambil air wudhu terlebih dahulu. Kita membuang kotoran yang ada dalam tubuh. Kita membersihkan tubuh dan mensucikannya. Kemudian kita bertakbir untuk sholat sunnah beberapa rakaat, atau membaca alquran beberapa lembar. Kemudia kita menyantap makan sahur bersama keluarga. Hal yang mungkin tidak semua kita bisa melakukannya. Tapi kita bisa dan mampu. Sungguh besar karunia Allah kepada kita di waktu itu.

Ketika azan shubuh berkumandang, kita bergegas untuk bersama bertakbir melaksanakan sholat shubuh. Berjamaah ataupun sendiri di masjid maupun di rumah bersama keluarga. Disaat itu, kita mulai menahan diri dari makan dan minun ataupun aktifitas seksual. Segala sikap kita jaga tidak hanya yang membatalkan puasa, tapi menjaga yang menghilangkan nilai ibadah puasa kita, itu yang lebih penting. Karena berapa banyak orang yang berpuasa yang hanya mendapatkan lapar dan haus saja dari puasanya itu. kita tidak menginginkan itu.

 Maka di sepanjang harinya kita menggunakan waktu untuk beribadah, bekerja, menghadiri majelis ilmu, membaca Alquran ataupun memperbanyak berinfak dan sedeqah. Sembari senantiasa menjaga lisan dari berbicara yang sia-sia, menjaga pandangan mata dan pendengaran. Kita menjaga sikap kita, menjaga hati dan pikiran kita. Sehingga puasa yang kita jalani memiliki nilai ibadah dan bernilai di sisi Allah SWT.

Rasa lapar, haus dan lelah kita rasakan di sepanjang hari itu. Ada banyak ragam makanan dan jenis minuman segar yang bisa kita dapatkan. Tapi kita tidak mau memakan dan meminumnya di waktu itu. kita menahan diri dari segala godaan yang datang. Kita tahu semua itu halal tapi kita tak mau menyentuhnya sedikitpun walaupun tidak ada yang melihat.

Keberadaan Iman yang ada di dalam hati, telah memotivasi kita untuk menahan segala sesuatu yang membatalkan puasa dan nilainya. Kita tahu waktu berbuka belum tiba, kita sabar menunggunya walau pun hidangan sudah ada di depan kita. Kita yakin betul bahwa Allah maha tahu dan melihat perbuatan kita. Kita merasa diawasi dan dijaga.

Maka ketika waktu berbuka tiba, sedetikpun kita tidak boleh memperlamanya. Kita gembira di waktu berbuka. Dan gembira ketika berjumpa dengan Allah SWT nantinya. Hanya dengan seteguk air pun kita merasa terpuaskan. Hilang rasa lapar dan haus sudah. Betapa nikmatnya karunia iman yang Allah berikan. Semua kita dibuatnya gembira. Hingga tak berlama-lama kita menyantap semua hidangan yang ada. Kita kembali bertakbir, memuji nama dan menyebut keagunganNya. Allahuakbar!!

 Hemm….bagaimana? Apakah kita sudah merasakannya?

 Jika kita benar melaksanakan semua tuntunannya. Mengikuti aturan dan ketentuan yang dibuatnya. Pasti kita akan menjadi orang yang bertaqwa. J

Baca Juga: Tukang Becak VS Koruptor

Syaiful Bahri
Suara Menara Qalbu (SMQ): 6/21/2016 -16 Ramadhan 1437H



Popular posts from this blog

“Kata Sambutan Ngunduh Mantu dari pihak Wanita”

Kata Pembuka dan Sambutan dari Pihak Wanita Saat Menerima Lamaran

“Asal Mula Nama Kue Bohong