“Tukang Becak VS Koruptor”

Oleh: Syaiful Bahri
Dengan kepala yang ditundukkan, si ibu menjawab sembari menyembunyikan wajahnya dari tatapan mata orang yang bertanya kepadanya.
“Suami ibu kerja apa?”
“Alaah, bu. Suami saya hanya tukang becak,” jawabnya hampir tidak terdengar.
“Loh, tukang becakkan baik bu, rezeki yang di dapat juga halal. Banyak kok sekarang yang jadi tukang becak. Dari pada jadi pejabat tapi koruptor.”

Pembicaraan itu penulis dengar disaat ikut antrian di sebuah rumah sakit mata. Duduk di deretan bangku yang tersusun rapi diantara antrian pasien yang lain. Membuat penulis menjadi mencuri dengar pembicaraan  dua orang ibu paruh baya yang duduk didekat penulis.

Kok, rasanya si ibu tidak begitu percaya diri ketika  pekerjaan suaminya ditanya. Tampak sepertinya ia merasa minder dengan profesi sang suami. Namun untungnya ibu yang bertanya cukup bijak melihat hal itu. ia tahu perasaan si ibu. Tidak bermaksud merendahkan profesi suaminya. Ia justru memuji profesi suaminya yang mencari rezeki dengan cara yang halal. Seharusnya sang ibu bangga dan tidak perlu malu. Jika dibandingkan dengan pejabat yang suka mencuri uang rakyat. Yaitu para koruptor.

Banyak diantara kita yang mungkin merasa kurang percaya diri atau malu ketika ditanya pekerjaannya apa. Terlebih bila profesinya bukan sesuatu yang bisa dibanggakan. Lidah terasa kelu menjawabnya. Apalagi ketika yang bertanya adalah seseorang yang dianggap memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari dirinya. Ia sudah merasa minder. Tak mampu menjawab apalagi mengangkat wajahnya. Paling bisa hanya tersenyum sambil menjawabnya dengan malu-malu.

Kenapa? Apa ada yang salah berprofesi sebagai tukang becak? Tukang bangunan? atau sebagai office Boy? Bukankah itu semua pekerjaan baik yang mendatangkan rezeki yang halal? Kenapa harus malu?.

Sekali lagi penulis diingatkan. Bahwa profesi apapun yang kita lakukan saat ini, semua itu adalah amanah. Itu hanya sarana untuk menjemput rezeki yang Allah berikan kepada kita. Kita bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarga dengan rezeki yang halal. Itu suatu kebanggaan dan kemuliaan. Bukan seperti seorang koruptor yang memuliakan dirinya dengan kekayaan yang didapat dari mencuri uang negara. Cerita hidupnya hanya akan berakhir didalam penjara. dan membuat aib bagi keluarga.

Hemm….wassalam.J

Baca juga: Jangan Dipikirkan

Syaiful Bahri
Suara Menara Qalbu (SMQ): 6/12/2016


Popular posts from this blog

“Kata Sambutan Ngunduh Mantu dari pihak Wanita”

Kata Pembuka dan Sambutan dari Pihak Wanita Saat Menerima Lamaran

“Asal Mula Nama Kue Bohong