“Tukang Becak VS Koruptor”
Dengan kepala
yang ditundukkan, si ibu menjawab sembari menyembunyikan wajahnya dari tatapan
mata orang yang bertanya kepadanya.
“Suami ibu
kerja apa?”
“Alaah, bu. Suami
saya hanya tukang becak,” jawabnya hampir tidak terdengar.
“Loh, tukang
becakkan baik bu, rezeki yang di dapat juga halal. Banyak kok sekarang yang
jadi tukang becak. Dari pada jadi pejabat tapi koruptor.”
Pembicaraan
itu penulis dengar disaat ikut antrian di sebuah rumah sakit mata. Duduk di deretan
bangku yang tersusun rapi diantara antrian pasien yang lain. Membuat penulis
menjadi mencuri dengar pembicaraan dua
orang ibu paruh baya yang duduk didekat penulis.
Kok, rasanya
si ibu tidak begitu percaya diri ketika
pekerjaan suaminya ditanya. Tampak sepertinya ia merasa minder dengan
profesi sang suami. Namun untungnya ibu yang bertanya cukup bijak melihat hal
itu. ia tahu perasaan si ibu. Tidak bermaksud merendahkan profesi suaminya. Ia justru
memuji profesi suaminya yang mencari rezeki dengan cara yang halal. Seharusnya
sang ibu bangga dan tidak perlu malu. Jika dibandingkan dengan pejabat yang
suka mencuri uang rakyat. Yaitu para koruptor.
Banyak
diantara kita yang mungkin merasa kurang percaya diri atau malu ketika ditanya
pekerjaannya apa. Terlebih bila profesinya bukan sesuatu yang bisa dibanggakan.
Lidah terasa kelu menjawabnya. Apalagi ketika yang bertanya adalah seseorang
yang dianggap memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari dirinya. Ia sudah
merasa minder. Tak mampu menjawab apalagi mengangkat wajahnya. Paling bisa
hanya tersenyum sambil menjawabnya dengan malu-malu.
Kenapa? Apa
ada yang salah berprofesi sebagai tukang becak? Tukang bangunan? atau sebagai
office Boy? Bukankah itu semua pekerjaan baik yang mendatangkan rezeki yang halal?
Kenapa harus malu?.
Sekali lagi
penulis diingatkan. Bahwa profesi apapun yang kita lakukan saat ini, semua itu
adalah amanah. Itu hanya sarana untuk menjemput rezeki yang Allah berikan
kepada kita. Kita bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarga dengan rezeki yang
halal. Itu suatu kebanggaan dan kemuliaan. Bukan seperti seorang koruptor yang
memuliakan dirinya dengan kekayaan yang didapat dari mencuri uang negara.
Cerita hidupnya hanya akan berakhir didalam penjara. dan membuat aib bagi
keluarga.
Syaiful Bahri
Suara Menara
Qalbu (SMQ): 6/12/2016