“Jangan Di Pikirkan”

Oleh: Syaiful Bahri
Seorang ibu terlihat kesakitan menahan perih di kedua bola matanya. Sang suami yang setia sedang  meneteskan obat tetes mata. Diusianya yang sudah beranjak 60-an tahun ada gangguan penglihatan di kedua bola matanya. Sambil menghapus air matanya yang keluar sang ibu mencoba untuk tersenyum. Tapi kecemasannya tak bisa ditutupi, karena sesaat lagi si ibu akan menjalani operasi mata
.
Disisi lain seorang ibu yang hampir sebaya dengannya. Duduk dengan tenang sambil menunggu panggilan antrian. Disampingnya ia ditemani oleh seorang anak perempuan berusia 10 tahun. Katanya,”Ini cucu saya, ia sedang libur sekolah.”

Penulis yang duduk disampingnya. Senantiasa memperhatikan dan mendengarkan apa yang kedua ibu itu ceritakan. Duduk diantara antrian orang-orang yang sedang menunggu panggilan di sebuah rumah sakit mata  di kota Medan.

“Apakah saat operasi nanti akan terasa sakit? Dan sesudahnya saya bisa bekerja seperti biasa?” tanya si ibu yang akan menjalani operasi mata, kepada ibu yang duduk disamping penulis, yang sedari tadi  mendengar mereka terus bercerita, seperti orang yang sudah kenal lama saja. Ia mengkhawatirkan kalau dirinya tidak sanggup menahan sakit saat operasi nanti. Pasalnya ia juga harus menahan kedip matanya. Dan itu tentulah sangat susah untuk dilakukan.

“Saat operasi nanti, dokter akan menyuntikkan obat bius. Dan setelah operasi nanti ibu akan dipakaikan kacamata seperti orang-orang yang duduk di sana itu. sambil menunjuk beberapa orang yang baru menjalani operasi matanya. Saya juga sudah pernah operasi dan setelah itu bisa kok beraktivitas seperti biasa. Tapi setelah sampai dirumah nanti. Istirahatlah sebentar. Jangan dipikirkan.” Katanya mencoba menenangkan hati si ibu yang sesaat lagi akan menjalani operasi mata itu.

Berulangkali penulis mendengar kata-kata, “Jangan dipikirkan” dari mulut ibu yang datang bersama cucu perempuannya itu. Si ibu tampak tenang. Ia mencoba meyakinkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan akan berjalan lancar. Tidak perlu ada kecemasan dan ketakutan. Ia yakin sesuatu yang bila dipikirkan terus menerus akan memberi dampak. Apalagi bila berkaitan dengan penyakit dan sesuatu yang buruk. Apabila terus berpikir negative maka kesehatan kita pun akan menjadi buruk.

Penulis jadi teringat ceramah dari seorang ustadz yang mengatakan, “Bahwa Allah sebagaimana prasangka hambaNya. Apabila ia berprasangka baik, maka baiklah. Tapi bila ia berprasangka buruk, maka buruklah.”

Hem, mungkin itulah maksud si ibu dengan kata-katanya, “Jangan di pikirkan.” Berprasangkalah yang baik-baik kepada Allah. Jika kamu menyakininya. Maka, jangan dipikirkan. Tapi lakukan saja dan memintalah perlindungan dan pertolongan kepadaNya. 

Baca juga: TIDUR

Syaiful Bahri
Suara Menara Qalbu (SMQ):6/11/2016


Popular posts from this blog

“Kata Sambutan Ngunduh Mantu dari pihak Wanita”

Kata Pembuka dan Sambutan dari Pihak Wanita Saat Menerima Lamaran

“Asal Mula Nama Kue Bohong