“Malaikatpun Tersenyum”

Oleh: Syaiful Bahri
Kek Dollah, aku menyebutnya. Di usianya yang lanjut ia tetap rutin sholat berjamaah di masjid. Perawakannya yang kecil dan kurus tak pernah menghalanginya untuk paling duluan ada di masjid. Terkadang ia membuka pintu-pintu masjid yang masih terkunci. Sambil menunggu waktu azan, ia gunakan waktunya untuk membaca Al-quran dan membaca buku pinjaman dari taman bacaan masjid.

Kek Dollah sangat senang sekali Azan. Dengan suara paraunya, ia mengumandangkan azan hampir di setiap waktu. Kadang ia pula yang menjadi imam. Wajah teduhnya menyejukkan. Ketenangannya menghanyutkan. Ia tak mau membuang sisa waktu hidupnya selain untuk beribadah dan memakmurkan masjid. Begitu pula di waktu bulan ramadhan, ia ikut berbuka bersama. Ia menjadi orang tua yang sangat kami hormati. Tapi kini, Kek Dollah  sudah tidak ada. Namun kenangan bersamanya. Masih tetap aku ingat. Bagaimana ia sering bertanya, tentang buku-buku yang ada di taman bacaan yang aku kelola.

 Kek Dollah sering membuat aku terkagum. Sikapnya menjadi contoh yang patut diteladani. Kek Dollah menyimpan kenangan keteladanan, semangat dan kesholehan.

Lain kek Dollah, lain pula dengan kek Dalang.

Orang-orang di kampong kami memanggilnya dengan Kek Dalang. Entah siapa yang memanggilnya seperti itu. tapi katanya panggilan itu terkait dengan kegiatan istrinya yang suka tampil dalam acara ketoprak. Nama aslinyapun aku tidak tahu, karena aku tidak begitu terlalu mengenalnya. Aku hanya sering melihatnya mencuci pick up kesayangannya menjelang waktu maghrib tanpa berbaju di depan rumahnya. Seolah ia tak pernah mengenal waktu.

Akupun tak pernah melihat kek Dalang ikut berjamaah di masjid. Padahal jarak masid dari rumahnya hanya sebatas sebrang jalan saja. Hingga kini pun aku masih sering melihatnya mencuci pick-upnya itu. walau waktu telah berselang tahun, ia masih belum juga berubah.

Kek Dollah dan kek Dalang adalah dua sosok yang berbeda. Dengan kehidupan yang berbeda. Kek Dollah dengan amal ibadahnya sudah kembali kepada penciptanya. Sedangkan kek Dalang sedang membuat kisah hidupnya dengar akhir yang masih menjadi rahasia.

Kek Dollah dengan kesholehannya, telah membuat Malaikat tersenyum. Ketika amal-amal baik selama hidupnya diperlihatkan dan tempatnya di Jannah ditunjukkan. Maka dengan jiwa yang tenang kek Dollah tersenyum saat Ruh di cabut dari raganya.

Moment Ramadhan adalah waktu yang paling dinantikan bagi orang-orang yang beriman. Di bulan ramadhan segala ibadah yang kita lakukan nilainya dilipat gandakan. Bulan ramadhan adalah bulan penuh rahmat, bulan penuh ampunan dan di penghujungnya dijanjikan bagi orang-orang yang bertaqwa pembebasan dari siksa api neraka.

Bulan Ramadhan ini adalah kesempatan emas bagi kita untuk menjadi kek Dollah-kek Dollah lainnya yang memiliki kesholehan. Yang mengakhiri hidupnya dengan tersenyum. Kita tidak tahu, sebab, waktu dan tempat kematian ketika malaikat maut datang menjemput. Tapi kita berharap Malikat maut pun akan tersenyum kepada kita.

Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS al-Fajr [89]: 27-30).

J Memory kek Dollah
Syaiful Bahri
Suara Menara Qalbu (SMQ): 6/22/2016 – 17 Ramadhan 1437 H







Popular posts from this blog

“Kata Sambutan Ngunduh Mantu dari pihak Wanita”

Kata Pembuka dan Sambutan dari Pihak Wanita Saat Menerima Lamaran

“Asal Mula Nama Kue Bohong