Posts

“Mengeluh II”

Image
Oleh: Syaiful Bahri “Ya Allah….. Rp.20.000,- yang kudapatkan hari ini, apa yang bisa aku berikan untuk istri dan anak-anakku?”  ucapan itu aku dengar dari sahabatku yang biasa mangkal berjualan mainan dan balon gas di sebuah pajak pagi di jalan Setia Budi. Sebuah profesi yang sudah dilakukan berbilang tahun. Tapi hari itu ia merasa sangat sedih karena hanya bisa mendapatkan uang Rp.20.000,- saja. Ia bercerita sesaat aku datang ketempatnya biasa mangkal. Aku mendengarkan   dan mencoba merasakan perasaannya.   Tak biasanya ia memperoleh uang sejumlah itu di setiap kali ia berjualan. Hari itu ia memang sangat sedih. Mengingat kebutuhan yang sangat banyak yang harus ia penuhi buat keluarganya. Namun aku bangga dengan sahabatku itu, dari ceritanya ia benar-benar menyadari bahwa apa yang ia peroleh adalah rezeki yang Allah berikan kepadanya. Walaupun hatinya sedang susah memikirkan kebutuhan-kebutuhan seharian buat keluarganya. Ia hanya mengadukan persoalannya   kepada Allah.

"Mengeluh !"

Image
Oleh: Syaiful Bahri “Sepi, Sulit, Susah,” kalau mau disingkat ketiga kata itu cukup dengan 3S saja, jadi gampang mengingatnya, karena sudah menjadi kebiasaan di negeri ini menyingkat-nyingkat segala sesuatu. Walaupun yang di maksud dari singkatan tersebut tidaklah sama. Persoalannya bukanlah terletak pada singkatan-singkatan itu tapi mengapa kata-kata itu belakangan ini sering sekali penulis dengar. Perkataan itu seolah menjadi kata-kata mujarab bin ajaib untuk menghindar dari masalah yang sebenarnya, Atau menjadi senjata untuk menyudutkan berbagai pihak terlebih kepada sang pembuat kebijakan. Seperti kemarin malam, seorang kerabat  menelepon menceritakan keadaannya, sudah bekerja jauh meninggalkan keluarganya lebih dari tiga bulan ke daerah lain. Tapi apa yang ia dapatkan tidaklah sesuai dengan yang diharapkan.  Malah ia menerima gaji yang tidak sepantasnya dari pekerjaannya. Hidupnya pun merasa menjadi susah dengan hal itu karena merasa sudah dibohongin. Ia pun berharap

“Kopi Tanpa Gula”

Image
Oleh: Syaiful Bahri Tulisan ini enggak akan bercerita tentang ragam jenis kopi atau rasa kopi,  kerena penulis sendiri tidaklah begitu menyukai minum kopi, hanya sesekali meminumnya. Itu pun terpaksa  karena sudah disediakan atau dibuat tanpa menanyakannya, Apakah penulis mau minum kopi atau tidak? Penulis memilih untuk meminumnya karena menghargai orang yang membuatnya.    Menurut sebagian orang   minum kopi itu baik buat mereka. Otak jadi encer plus ngurangin tidur karena mata nyaris dibuatnya menjadi ingin melek terus. Sehingga membuat mereka bisa ngelanjutin aktivitasnya. Semangat mereka menjadi bertambah. Nah, harusnya mereka yang suka minum kopi pada pintar-pintar ya?! Pada kreatif, dan terus aktif. Jadi makin banyak duitnya. Hehe… Di zaman sekarang, minum kopi menjadi gaya hidup. Ada banyak tempat yang dikhususkan untuk para penikmat minuman yang satu ini.  Ngumpul sama teman atau relasi akan bertambah seru bila sambil menikmati secangkir kopi. Bisnis akan berj

“Menjadi Suami Palsu”

Image
Oleh: Syaiful Bahri S udah cukup lama aku enggak menulis. Pikiranku kering dari ide dan inspirasi. Aku pun sedang malas mencari-carinya. Waktu pun berlalu begitu saja. Enggak ada satu kata pun yang aku tulis. Tulisan ini terinspirasi dari peristiwa yang baru saja aku alami. Enggak mau lama memendamnya. Aku memaksa membuang malasku untuk mulai mengetiknya. Untungnya laptopku sedari tadi sudah aktif dengan lagu-lagu islami yang aku putar sebagai penyejuk hati. Habis menyantap sebungkus sate padang yang aku beli tadi. Aku bergegas mengambil air wudhuk untuk sholat isya. Dua hari ini badanku kurang enak, aku inginnya yang aneh-aneh, mulai dari ingin makan bakso, sampai makan rujak. Sampai aku harus keluar rumah sendiri membeli sate padang yang biasa mangkal disimpang jalan dekat swalayan surya itu Selepas sholat isya di dalam kamarku. Aku mengaktifkan laptop dan memutar lagu-lagu islami kesukaanku. Sambil baringan ditempat tidur aku mendengarkannya. Tiba-tiba saja aku mendeng

“Kisah Cek 100 Juta”

Image
Oleh: Syaiful Bahri “Dik!..,Dik….!! Ambillah ini untukmu. Bukalah setelah usai sholat jumat nanti,” kata seorang laki-laki tidak dikenal tiba-tiba menghampiriku, saat duduk usai berzikir di dalam masjid. Lelaki itu memberi amplop putih yang terekat sangat rapi. Wajahnya bersih, matanya teduh, Ia tersenyum menatap kepadaku sambil menyodorkan amplop itu. Aku terkejut mendengar ucapannya. Ia datang tiba-tiba. Aku juga tidak mengenalnya. Usai memberikan amplop, Ia berjalan mengisi shap yang masih kosong ditengah-tengah ruangan masjid. Aku yang keheranan tak sempat lagi berkata. Mataku hanya menatap punggungnya saat ia berjalan. Ucapan terima kasih pun tak sempat terlontar dari mulutku. Aku memandang aneh dengan perasaan yang masih sedikit bingung. Siapa orang itu? mengapa tiba-tiba datang dan memberikan amplop kepadaku. Ia sempat berkata sebelum meninggalkanku, “Kamu bisa menggunakkannya untuk keperluan  memenuhi kebutuhanmu.” Aku jadi bertanya-tanya apa isi amplop putih ini. Ak

“Asal Mula Nama Kue Bohong

Image
Oleh: Syaiful Bahri Dulu, ada sepasang suami istri yang sangat pandai membuat kue. Mereka tinggal di sebuah desa di tepi sebuah telaga di tengah hutan. Karena kepandaian mereka membuat kue. Mereka sangat dikenal di desanya. Kuenya bermacam-macam, rasanya sangat enak. Ada kue yang bentuknya bulat. Bergulung-gulung. Ada kue yang berlubang-lubang dengan aneka warna. Ada yang terbungkus daun-daun hutan. Ada kue-kue yang dibakar dan yang direbus. Nama kue-kuenya juga bermacam-macam sesuai dengan rasa kuenya. Ada rasa strawberry namanya kue Raw, rasa coklat namanya kue Cok. rasa mangga diberi nama kue Mang, kalau rasa jeruk diberi nama kue Ruk, sedangkan jika kue itu terbuat dari rasa anggur diberi nama dengan kue Gurgur.  dan lain-lain. Jika sepasang suami istri itu sedang memasak kue, wangi kuenya akan menyebar kemana-mana. Hampir semua orang desa akan mencium wanginya. Mereka berdua adalah sepasang suami istri yang baik kepada tetangganya. Mereka suka membagi-bagi dan memberi k