Buat Yang Kita Bisa
Oleh: Syaiful Bahri
Kita
pasti pernah
Dapatkan
cobaan yang berat
Seakan
hidup ini
Tak
ada artinya lagi
Aku
melirik laki-laki yang duduk tak jauh dari tempatku. Ia tampak asyik
mencoret-coret kertas yang ada di depannya. Sesekali ia memotong kertas itu dengan
pisau cutter.
Berulangkali
aku berusaha untuk melirik dan melihat apa yang sedang dibuatnya. Oh, ia sedang
membuat sketsa wajah di atas lembaran-lembaran kertas putih yang di pegangnya.
Mungkinkah ia seorang pelukis? pikirku. Atau seorang kartunis? Tiba-tiba mata
kami saling beradu pandang. Ia tersenyum padaku.
Melihat
ia tersenyum. Aku juga tersenyum kepadanya. Tanpa terpengaruh denganku, ia
terus melanjutkan aktivitasnya.
Selang
beberapa waktu, ia beranjak dari tempatnya. memasukkan semua lembaran kertas
dan alat-alatnya ke dalam tas ransel berwarna hitam yang dibawanya. Ia
melewatiku sembari melontar senyum kepadaku. Aku sejuk melihatnya dan membalas
senyumnya. Lelaki itu pun berjalan ke tengah ruangan Masjid.
Lepas
ba'da sholat zuhur, di masjid tempat kami beribadah. Ada banyak para pekerja
yang melepas lelah sembari berbaring dan beristirahat menunggu waktu sejenak.
Aku dan laki-laki itu adalah bagian dari jemaah sholat zuhur.
Aku
melihat laki-laki itu berjalan bolak-balik. Ia seperti sedang gelisah. sampai
aku melihat ia mengambil Al-Quran yang ada di atas rak dekat sebuah tiang
masjid. Tapi aneh, ia membawanya jauh dari tempat itu, tidak seperti jemaah
lainnya. Aku melihat lelaki itu membaca Al-Quran. Dan duduk ditengah-tengah
ruangan masjid.
Sepintas
aku memperhatikannya sembari membuka Tasku. Aku mengeluarkan laptop yang
kubawa. Aku bermain di dalamnya membuka-buka hasil disainku di photoshop.
Tiba-tiba
laki-laki itu menghampiri dan mendekatiku.
Ia
mengucapkan salam dan menyalami aku. Ia membawa cerita, aku pun
mendengarkannya.
Hatiku
merasakan laki-laki ini sedang ditimpa kesulitan. Ada kesedihan dan kegundahan
dari raut wajahnya. Saat aku menanyakan apakah ia sudah makan? Ia tertawa
kecil. dan berkata pelan,"Saya tidak punya uang".
Ia
ceritakan bahwa dirinya datang dari luar kota. Ia datang ke sebuah acara, dan
menjual keahliannya membuat sketsa wajah dan melukiskannya. Ada beberapa gambar
dari orang-orang terkenal dan tokoh yang sudah dibuatnya. Tapi semuanya hilang.
Bersama semua yang dibawanya, saat ia bermalam di sebuah tempat. Ia tak tahu
harus kemana, janji pesanan tak lagi bisa ia tepati. Syukur masih ada orang
yang baik hati memberikan tas ransel ini dan kertas-kertas ini kepadanya.
Ceritanya kepadaku.
Syukuri
apa yang ada
Hidup
adalah anugerah
Tetap
jalani hidup ini
Melakukan
yang terbaik
Apa
yang bisa aku buat untuknya? batinku mulai berkata. Aku pun sedang dalam
kesulitan saat ini. Tapi laki-laki ini sedang butuh bantuanku. walaupun ia
tidak mengatakannya. Tuhan pasti yang menggerakkan hati laki-laki ini untuk
melangkah dan mendekatiku.
Tanpa
berpikir lagi, aku teringat dalam sebuah amplop putih yang terselip rapi dalam
tasku, masih ada tertinggal selembar uang kertas berwarna merah. Aku memberikan
kepadanya. Ia tampak terkejut menerimanya. matanya mulai berkaca-kaca.
Aku
tak mampu menahan bahagia di hatiku. lelaki itu akhirnya memutuskan segera
pulang ke kampungnya. Ia merasa uang itu cukup buat pulang. Berulang kali ia
menyalami aku, masih ada rasa tak percaya di hatinya.
Tuhan
pasti kan menunjukkan
Kebesaran
dan kuasanya
Bagi
hambanya yang sabar
Dan
tak kenal putus asa
Aku ikutkan cerita ini bersam lirik lagu "Jangan Pernah Menyerah" dari D'Masiv.
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan diri kita. Tuhan berkata Tiada kebaikan pasti akan berbalas dengan kebaikan pula. Sekecil apapun yang kita lakukan apakah itu baik atau buruk,Tuhan pasti akan membalasnya. Buat apa yang kita bisa. Dan Badaipun pasti akan berlalu.
Baca juga: Anak Penjual Balon Jadi Polisi
Baca juga: Anak Penjual Balon Jadi Polisi