“Di Kandang Bebek”
(Pesan Reunian 92')
Ada dua kali panggilan tak terjawab dari nomor yang tidak
kukenal. Aku baru mengetahuinya setelah melihat handphoneku yang kutinggalkan
di kamar. Sebelumnya pagi itu, aku dipanggil oleh seorang jemaah musholla.
Katanya, “Gudang mau di bongkar.”
Aku buru-buru pergi. Kulihat sudah ada beberapa orang yang
membongkar sengnya. Ada rasa sedih di hati.
Gudang itu adalah musholla sementara, yang kami buat di komplek kami,
untuk taraweh di bulan ramadhan yang lalu. Aku dipanggil untuk melihat dan
mengambil barang-barang milikku yang terpakai saat gudang itu kami jadikan
musholla. Itulah sebabnya aku tidak mendengar panggilan dari nomor yang tak
kukenal pagi itu.
Kebetulan aku sudah meniatkan untuk berpuasa syawal mulai
pagi itu. Hingga aku mengabaikan panggilan tak kukenal itu. tapi selang
beberapa waktu, aku mencoba menghubungi nomor itu. setelah aku mencek ada nomor
yang sama pernah berkirim pesan kepadaku. Ada dua pesan atas nama dua teman SMA
dulu dengan hajatan yang berbeda. (Nazaruddin dan Edi syahputra) tapi dengan nomor
yang sama. Itulah sebabnya aku menduga nomor yang tak kukenal itu adalah nomor
dari salah satu nama sahabat-sahabatku itu.
Sampai disitu aku tersenyum J. Pasalnya saat aku menghubungi nomor itu. aku mendengar
suara mesin operator mengatakan pulsa anda tidak mencukupi melakukan kontak
mohon untuk segera diisi. Hehe… tapi selang beberapa detik kemudian.
Handphoneku berdering.
Aku menduga nomor yang tak kukenal ini adalah edi syahputra,
sahabatku yang kini menjadi wartawan
harian waspada. Segera aku angkat sambil
mengucapkan salam. Ternyata dugaanku salah.
Terdengar suara yang sangat berisik sekali diujung sana. Tapi
ada suara ketegasan dan senyum simpati dari seorang sahabat yang sangat aku
kenal. Zulman, ketua kelas kami saat di SMA Sei Rampah dulu. Wajahnya jelas
terbayang di mataku. Apapun yang sedang ia lakukan saat meneleponku aku sudah
bisa membayangkannya. Aku tertawa ngekeh saat bertanya, ia dimana?
Zulman menjawab, “Aku
lagi di kandang bebek.”
Hehe….tawaku bahagia. Kurasakan keakraban yang sama.
Tak berbeda seperti saat-saat kami di SMA dulu.
“Pul, hari minggu datang ya, kita ada reunian. Ngumpul bareng
halal-bihalal.”
Aku sudah menduga hal itu yang akan Zulman katakan, sebab
sehari sebelumnya. Suhairan sudah menyampaikan itu kepadaku. Rindu di hatiku
untuk bertemu sahabat-sahabatku. walau telah berbilang tahun. Ikatan hati masih
tetap terjalin. Namun sekali lagi aku meminta maaf tidak dapat datang karena
disaat yang bersamaan ada acara syukuran bersama keluarga besarku.
Diujung sana, dikandang bebeknya. Aku bisa membayangkan wajah
sahabatku Zulman. Walau lama tak berjumpa berbilang tahun. Namun aku masih bisa
melihat senyumnya.
“Ada dua nomormu yang kusimpan. Banyak kali nomormu pun Zul,
manalah aku tahu ini nomormu.”
“Udah hapus aja yang dulu. Simpan aja nomor yang ini,”
jawabnya ditengah suara bebek-bebek piaraannya.
Tak lama pembicaraan yang kami lakukan. Namun kesannya sangat
mendalam.
Kamis, 14 Juli 2016 / 9 Syawal 1437H
Syaiful Bahri to my friends (Alumni SMA SEI RAMPAH 92’)