“Periuk Miring”
Oleh: Syaiful Bahri
Enggak perlu pake bicara lagi apalagi harus diomongin,
semuanya udah pada diem aja. Udah sama-sama tahu dan ngerasain kalau perut pada
laper semua. Walaupun begitu enggak ada yang ngeluh atau merengek-rengek minta
ini dan itu. Semua udah ngerti kalau abah enggak punya uang, bukan hanya sehari
dua hari, tapi nyaris setiap hari. Karena abah udah enggak kerja lagi. Sisa
uang pansiun udah habis untuk bayar cicilan sana-sini. Dan makan seadanya
sehari-hari. Enggak ngarep lagi dari gaji bulanan yang membuat orang suka
bangga diri atau dari kerja, pergi pagi pulang malam hari.
Beruntung
sang istri orangnya bisa sangat bersabar menghadapi masa-masa sulit. Kehidupan
yang sedang sulit tidak lagi mau diperumit. Ia terima apa yang sedang terjadi
dan dihadapinya dengan lapang hati. Walau kadang hatinya juga sedih tapi ia
suka menguatkan diri dan mengadukannya hanya pada illahi. Agar sang suami
diberikan jalan keluar dan diberikan kemudahan di dalam menjemput rezeki. Semoga
kesulitan ekonomi yang sedang dialami dapat segera teratasi. Ia sering
berkomunikasi dengan sang suami dan menghibur hatinya untuk bersabar dan tidak
mudah putus asa. Tuhan sedang menguji mereka di saat ini. Asalkan ada nasi yang
bisa di konsumsi setiap hari, ia sudah sangat senang sekali. Tak usahlah dulu
berharap lebih. Apa yang ada harus disyukuri, yang penting bisa bertambah dekat kepada Allah dan berserah
diri.
Tawa dan
canda masih sering terdengar di rumah mereka. Tiada yang tahu kalau periuk
mereka nyaris miring. Tak ada yang
menyangka kalau mereka sedang susah. Kadang serupiah pun tak ada di kantong
celana abah. Walaupun hati sedang resah tapi bibir selalu diselimuti dengan
senyum, tawa dan canda kepada istri dan keluarganya.
Kadang rezeki
yang tak disangka-sangka itu menjadi penyelamat periuk mereka. Itulah sebabnya
rasa syukur tak pernah berhenti dalam hati mereka. Terkadang ada teman dan
tetangga yang suka datang ke rumah. Mereka sering bercerita tentang
keluarganya, banyak keluh kesah setiap kali berbicara. Walaupun secara materi mereka
terlihat mampu, memiliki harta yang banyak, namun masih sering kehilangan rasa
syukurnya. Mendengarkan hal itu, mereka hanya tersenyum-senyum saja, hingga
sebuah guyonan keluar dari mulut si abah, “Periuk kita bukan lagi miring tapi
sudah terapung-apung” katanya bercanda kepada istrinya sambil tertawa. Sembari
mensyukuri terjaganya marwah keluarga.
Tidak menyerah dan berputus asa atas karunia
Allah, adalah sikap yang patut di miliki oleh siapa saja. Apapun yang sedang terjadi
dalam rumah tangga hendaknya itu menjadi rahasia keluarga. Hanya orang-orang
yang bisa bersabar dalam menghadapi setiap masalah dan mau berusaha untuk
mengatasinya. Maka Allah akan memberikan kemudahan dan jalan keluar baginya.
Insyaallah…. J
Suara Menara
Qalbu (SMQ): 5/3/2016