"Kisah Dapur Gantung"

Oleh: Syaiful Bahri

“Bangun! Ayo bangun! Sudah jam segini masih tidur terus!”

Terdengar suara si emak berteriak membangunkan anaknya yang pulang bergadang tadi malam. Sementara itu terdengar suara mobil dari ujung jalan depan rumah baru saja di matikan. Tampak si bapak  turun dari dalam mobil. Dan derumm... suara kereta dari rumah tetangga terdengar keras. Berbeda dengan televisi di rumahnya yang menyala terus tanpa suara. Cahaya matahari sudah meninggi di atap rumah. Jendela kamar masih tertutup. Nawan masih lelap tertidur di ranjang kapuknya. Senyap-senyap teriakan suara emaknya hanya mampu membalikkan tubuhnya yang tengkurap. Waktu sudah menunjukkan jam 10 Wib, masih belum mampu membuka mata Nawan yang pulang malam Mingguan.

Minggu pagi ada kesibukan di rumah Nawan. Emaknya menuntut ada perubahan pagi itu. Bisikannya tadi malam menggerakkan si bapak untuk bangun lebih cepat. Ada sebuah rencana yang dipikirkannya. Gerakan perubahan! Perlu ada revolusi. Ehh..,renovasi! Si emak tersenyum menyemangati gerakan perubahan yang akan dilakukan si bapak. Maka si emak rela mengeraskan suaranya membangunkan Nawan dari ranjangnya. Emak juga menginginkan agar Nawan ikut gerakan perubahan yang dibuat si bapak. Nawan harus berpartisipasi menyumbangkan tenaga dan pikirannya. Emak sangat bersemangat sekali. Suaranya kembali nyaring terdengar berteriak membangunkan Nawan yang tak sanggup memutus mimpinya. Nawan terkejut! Tiba-tiba emaknya sudah berdiri dengan teko berisi air dan mata melotot menatapnya. Air dalam teko disiramkan ke wajahnya yang berselimut. Emak tampak geram. Tangannya berkacak pinggang mulutnya bersungut-sungut. Nawan kaget dan terbangun, ternyata itu Cuma mimpi. Hehe…..

Dengan rambut basah yang tersisir rapi. Nawan meneguk teh hangat bikinan tangannya sendiri. Ia mencari-cari, kalau-kalau masih ada sisa sarapan pagi buatan emaknya.
“Itu di dalam lemari ada nasi goreng!” ujar emaknya yang tahu apa yang sedang di cari si Nawan. Ia beruntung, pagi itu emaknya memasak nasi goreng yang cukup banyak. Ada banyak kelebihan nasi tadi malam. Itu pun karena si Nawan  tidak lagi makan tadi malam, karena pulang begadang malam mingguan, ia langsung tertidur di kamarnya. Ngantuk dan kelelahan duduk-duduk di pinggir jalan. Hem…perutnya udah penuh dengan angin kali. Hihihi…….. J

Si emak baru saja selesai menjemur pakaian. Dilihatnya si bapak menurunkan sesuatu dari mobil yang di parkir di ujung depan rumah.
“Nawan! Cepat bantu bapak!” Tiba-tiba terdengar suara emak yang merasa kasihan melihat si bapak  nampak kepayahan menurunkan barang-barang dari dalam mobilnya. Rupanya pagi-pagi si bapak sudah keluar dengan mobilnya membeli perlengkapan sarana pendukung gerakan perubahan renovasi di rumahnya. Hehe….renovasi rumah rupanya, kirain gerakan perubahan apa gitu?! J

Nawan tampak bersigap, gerakannya yang biasa lambat berubah menjadi cepat. Suara emaknya nyaris membuatnya menjadi ketakutan ngebayangin pelototan mata dan sungut emaknya yang datang dalam mimpinya tadi. Tapi ia masih tergoda dengan nasi goreng yang baru beberapa suap masuk ke dalam perutnya. Ia menjadi ragu meninggalkannya. Takut si Meong yang sudah menunggunya dari tadi akan memakan bagiannya. Duh, Nawan bingung. Ia terbatuk karena suara jeritan emaknya sudah terdengar lagi memanggilnya. Hihi….Ia pun ngeloyor pergi meninggalkan satu suapan lagi buat si Meong, tanpa sempat minum..

Nawan berlari. Ia terus berlari sampai lupa di mana harus berhenti, Hihi…Ia juga lupa apa yang dikatakan emaknya tadi. Ia mencari emaknya mau bertanya, tapi emaknya sudah tidak terlihat lagi. Di mana si emak? Pikirnya sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia lupa membawa blackberrynya, juga lupa membuat status terbaru di setiap paginya. Huu….ini gara-gara keasikan nongkrong di pinggir jalan tadi malam. Begadang tidak ada gunanya. Hasilnya Cuma membuat lupa ingatan. Bisik Nawan kesal dengan dirinya sendiri.

“Loh…Nawan kok kamu malah duduk di situ! Cepat bantu bapakmu menurunkan kayu-kayu itu! kata si emak yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat si Nawan asik berBeBean. Hihi….??@@

Rupanya si Bapak mempunyai rencana untuk merenovasi rumah. Langkah pertamanya adalah perlu tiang-tiang penyangga baru untuk menahan agar ruang kamar di lantai dua tidak rubuh karena kayu-kayu penyangganya sudah rapuh. Langkah kedua adalah membuat dinding baru kamar mandi di lantai bawah agar tidak berlubang-lubang lagi. Dan langkah ketiga adalah membuat dapur menjadi lebih menarik, unik dan rapi. Tidak ada lagi tikus-tikus yang berlari kesana kemari mencari sisa-sisa nasi lewat lubang-lubang dinding dapur. Oh, ternyata si bapak punya rencana untuk merenovasi rumah, khusus area dapur dan kamar mandi. Sebagai area penyangga lantai kamar di ruang atas. Wah, mantap dong!

Nawan mengangguk setuju. Pagi itu ia nampak serius membantu si Bapak. Ia bekerja keras. Mulai membuka dan membongkar  dinding-dinding yang berbalut selimut. Pasalnya dinding-dinding kamar mandi dan dapur sudah rapuh. Papan-papan pada lapuk dan berlubang. Tiang-tiang penyangganya keropos. Padahal tiang-tiang itu merupakan tiang utama lantai kamar yang ada di atasnya. Nyaris tiang-tiang itu merubuhkan lantai kamar. Makanya si emak khawatir bila sedang menyambal di dapur dan memasak sayur, lantai kamar ambruk. Sambal dan sayur bisa tak jadi padahal si bapak dan Si Nawan sangat suka sambal belacan dan rebusan sayur daun ubi. Hehe….Emak juga takut kalau lagi di kamar mandi tahu-tahu si Meong melompat masuk dari dinding yang  berlubang pada malam hari. Makanya si emak sangat senang gerakan perubahan renovasi dapur dan kamar mandi. J

Si bapak bolak-balik mengukur dan mencari kayu-kayu yang cocok untuk pengganti tiang-tiang lama. Sambil berpikir, apakah mengganti dengan membeli kayu yang baru atau sisa kayu lama yang ada dan membeli kayu milik  tetangga sisa dari membangun rumah?!

“Kita perlu menambah kayu penyokong lantai atas agar tidak rubuh!” ujar si bapak kepada Nawan dan tidak banyak bicara, pasalnya masih mikir. Nih kayu keropos amat padahal baru beberapa tahun rumah ini di buat. Maunya si bapak dinding-dinding itu diganti dengan dinding batu. Tapi apa boleh buat, saat sekarang ini sedang membuat program diet dan hemat!  Bisa membeli gas saja sudah membuat perut selamat.

Si Bapak bekerja sangat keras. Me-maku dan menotok sana-sini. Si Nawan menggergaji kayu-kayu yang diinginkan dan mengukurnya dengan pas. Hasilnya…?! Kamar mandi terlihat menjadi baru. Tidak ada lagi selimut-selimut kain yang menutupi dinding-dindingnya. Kamar mandi lebih rapi, unik dan artistic. Pasalnya kayu-kayu yang digunakan untuk menutupi dinding, yang di pasang si bapak adalah kayu bongkaran dari gelondongan kabel. Si Bapak memasangnya dengan sangat teliti. Si Meong sampai menjadi bingung mencari lubang masuknya lewat kamar mandi. Si emak dijamin enggak bakal terkejut dan takut lagi bila ada di dalam kamar mandi. Hihi….

Si emak melihat si Bapak yang bekerja sangat keras. Dan si Nawan yang semakin menawan karena sudah bisa melupakan untuk berBeBe-an. Membuatkan minuman dan membelikan gorengan untuk cemilan. Si Emak sangat senang, gerakan perubahan si Bapak sudah mulai merubah wajah dapur si Emak.

Si emak yang minggu pagi itu sangat gembira. Sudah memasakkan sop daging ayam campur wortel, kol dan kentang buat makan siang. Mak sebentar meninggalkan pekerjaan yang sedang di lakukan si Bapak dan si Nawan. Setelah beres-beres ikut memindahkan alat-alat dapurnya ke ruang lain sesaat si bapak memasang tiang-tiang penyokong lantai kamar atas. Si emak hanya sebentar melihat dan pergi. Menimang-nimang cucu tetangga di depan rumah. Pinginnya nimang cucu sendiri sih…! Sementara si mbak asik menggosok baju sambil berBeBe-an.. Aku sangat mendukung gerakan perubahan yang di buat si Bapak. Ini saatnya membuat perubahan di dapurnya si emak. Hehe….. J

Hasilnya?! Tampak panci-panci dan wajan  bergantungan, sampai dari tempat sendok, pisau, gunting dan semua yang bisa di gantung, tergantung! Digantung pada tiang penyokong yang terpasang di atas rak peralatan dapur dan dinding barunya. Semua di gantung dan disusun rapi. Dapur menjadi  bersih, peralatannya tertata dan mudah penempatannya, dapur menjadi terkesan lebih luas.

Wow…si Nawan tertawa terkekeh-kekeh. Si bapak tersenyum-senyum. Si mbak hanya melongok. Sedangkan si bungsu berkata, “Woww…kereennn…!!”
Si emak berulang kali mengucap syukur, Alhamdulillah...! Alhamdulillah….!! Alhamdulillah….!!! Wajahnya berseri tersenyum sumringah. Hatinya senang sekali. Entahlah apakah gerakan perubahan yang di lakukan si Bapak ada kaitannya dengan doa-doa si emak di waktu Dhuhanya?!

Aku  tersenyum-senyum setiap kali melihat gantungan panci-panci itu. Tertawa geli  melihat wajah baru dapurnya si emak. Hampir setiap masuk  ke kamar mandi pun aku tersenyum-senyum apa yang bisa di gantung-gantung lagi. Hihihi…. Akhirnya jika melihat dapur si emak. Aku  berharap bisa selalu terlihat bersih dan rapi. Enggak berserakan lagi! Jadi kalau sekarang melihat alat dapur si emak yang berserak yang bisa digantung. Gantungkan aja di gantungan.  Di Dapur Gantungnya si emak. Hehehe……!!! J
Wassalam……
By: Syaiful Bahri
Suara Menara Qalbu: Wednesday, February 18, 2015


Popular posts from this blog

“Kata Sambutan Ngunduh Mantu dari pihak Wanita”

Kata Pembuka dan Sambutan dari Pihak Wanita Saat Menerima Lamaran

“Asal Mula Nama Kue Bohong