“Irilah dengan Ilmu”

Syaiful Bahri

Uwakku ini selalu bisa membuatku bangga. Tertawa, dan manggut-manggut. Setiap kali bertemu dengannya kami selalu bercanda dan dari mulutnya senantiasa keluar ayat-ayat Alquran yang mengingatkan aku. Kadang aku tersenyum malu. Diusianya yang 75 tahun, ingatannya masih cukup kuat dan semangatnya selalu berkobar-kobar kalau sudah bercerita tentang makna ayat-ayat alquran, yang menurutnya banyak orang tidak memahaminya  secara benar.

Uwakku ini seorang pekerja keras. Ia adalah salah satu dari abang mamakku yang masih hidup sampai sekarang.  Ia generasi pertama yang merintis usaha bengkel mobil di daerah Pabrik Tenun, yang sekarang dilanjutkan ke generasi berikutnya (anak laki-lakinya). Menurutku ia cukup cerdas dan selalu ingin tahu.  Guyonannya kemarin membuatku tertawa tentang jadi seorang professor.

 “Jika orang tua masih mampu untuk menyekolahkan teruslah belajar. Andaikan saja uwak dulu bisa sekolah mungkin udah jadi Profesor…..”
“Penjarakan ilmu di otak” katanya lagi, yang maksudnya bersungguh-sungguhlah belajar.
“jangan iri dengan harta tapi irilah dengan ilmu. Jika iri dengan harta itu akan mengantarkanmu masuk penjara”  ungkapnya lagi berulang kepadaku.

Ia bermaksud untuk mengingatkan aku, kita jangan pernah iri terhadap seseorang atau siapapun tentang banyaknya harta, tapi hendaknya kita iri pada seseorang karena banyaknya ilmunya. Jika kita terus mengejar harta kita bisa lupa hingga sampai gelap mata untuk mendapatkannya, bisa meyebabkan kita melakukan perbuatan jahat seperti para koruptor yang mengantarkan mereka masuk kedalam penjara.

Sungguh masih banyak lagi kata-kata nasehat yang penuh makna yang diucapkannya.
Dibalik pesan, nasehat dan candaannya bersamaku. Sesungguhnya ia sedang berjuang melawan penyakitnya yang sudah stadium IV di paru-parunya. Selama 60 tahun rokok tidak lepas darinya. Aku lihat selepas sholat ashar ia merasa sakit luar biasa didadanya. Udah seminggu ini ia tidak bisa beraktifitas. Tak kuat lagi berjalan. Tapi Alhamdulillah sholatnya tak pernah lepas, setiap tamu yang datang melihatnya. Ia menunjukkan wajah yang ceria penuh semangat. Anak-anaknya yang juga para sepupuku selalu dekat dan menjaganya dengan rasa sayang yang penuh. Ia tidak tahu tentang penyakitnya.  Tapi ia selalu bersemangat untuk cepat sembuh. Kanker menyerang  paru-parunya.

“Uwak, cepat sembuh ya, biar kita bisa jalan-jalan lagi” kataku pamit pulang sembari mencium tangan dan memeluknya’ 
(dalam hati adakah aku bisa bertemu dan bercanda dengan uwakku ini lagi)

Baca Juga: Babi Hutan Legam dan Ular Cobra

Catatanku untuk uwak.
Syaiful Bahri
Suara Menara Qalbu (SMQ)


Popular posts from this blog

“Kata Sambutan Ngunduh Mantu dari pihak Wanita”

Kata Pembuka dan Sambutan dari Pihak Wanita Saat Menerima Lamaran

“Asal Mula Nama Kue Bohong