“Bicara Pada Langit I”

(Aku tetap bersama mereka)
Syaiful Bahri


Aku sungguh menyesal. Tidak satu katapun mampu keluar dari mulutku. Mataku nanar, berkaca-kaca. Butiran bening terus membasahi kelopak mataku. Ada garis yang mengalir basah berbekas tak terhapus. Seperti guratan nasib yang sudah tertulis sebagai takdirku. Padahal aku sudah coba untuk melawannya.

Lidahku semakin kelu. Sesak dadaku tidak tertahan. Kulempar pandanganku keluar lewat bilik jendela sisir yang terbuka. Kutatap langit. Kukuatkan kakiku untuk berdiri. Hanya gelap dan bintang-bintang yang redup di atas sana. Aku coba menghibur diriku dengan bicara pada langit. Pada angin yang melewati. Aku Tanya khabar tentang cintaku, tentang harapanku. tentang mimpiku, tentang masaku, dan tentang dia.

Aku sampaikan padaNya. Benarkah ujianMu  karena cintaMu padaku? Benarkah cobaMu adalah menguji imanku? Benarkah tangisku adalah penghapus dosaku dan terkabulnya pintaku? Benarkah takdirMu telah tertulis bagiku? Tapi aku kehilangan semuanya. Aku nyaris lupa ini coba. Mereka hanya bisa mengatakan aku harus bersabar. Semua bersedih atas kedukaanku. Mereka pegang erat tanganku. Sekali waktu mereka menepuk-nepuk pundakku. Inikah kebahagiaan yang kau janjikan?

Langit tanpak bersih. Mengusir awan yang mendekat rembulannya. Aku terdiam tidak ada jawaban. Tapi diatas sana aku melihat ada cahaya yang semakin terang. Ada bintang yang berpijar mengintipku. Aku tersenyum melihat wajahku. Ada cermin yang melukiskan diriku. Mereka ada disana juga bersamaku.

Cermin itu seolah berkata;
“Lihatlah dirimu. Telah kulukiskan padaku, apa yang engkau miliki. Dan apa yang harus terjadi”.

“Tuhan….apakah itu takdirku? Apakah itu jawaban dariMu”.

Bibirku bergetar. Aku takut. Takut doa-doaku tidak didengarnya lagi.

Kupalingkan pandanganku kerumah-rumah dibawah sana. Sunyi dan senyap. Hanya sebuah keheningan yang ada. Keheningan malam yang menghanyutkan penghuni-penghuni rumah itu pada mimpinya.

Aku gelisah. Teringat pada bayangan wajah itu. Teringat pada anak-anakku. Pada saudara dan sahabat-sahabatku. Dimanakah mereka semua?

Baca Juga: Irilah Dengan Ilmu

Catatanku : 14 juni 2006


Popular posts from this blog

“Kata Sambutan Ngunduh Mantu dari pihak Wanita”

Kata Pembuka dan Sambutan dari Pihak Wanita Saat Menerima Lamaran

“Asal Mula Nama Kue Bohong