Percaya atau Tidak Sama Sekali
Hal
paling menarik dalam hidup kita adalah ketika masalah datang. Datangnya yang
tidak diundang terkadang menimbulkan keterkejutan. Rasa terkejut yang timbul
dalam diri kita, kadang membuat jantung berdebar-debar. Timbul rasa takut,
cemas dan khawatir. Keringat dan panas dingin tiba-tiba menjalari diri kita.
Rasa mual dan mau muntah merupakan efek samping dari beragam masalah yang
ditimbulkan. Tapi anehnya dengan adanya masalah itu, kita semakin bertambah
pintar atau sebaliknya menjadi bodoh dan ketakutan. Tapi yang terbaik adalah
kita harus menyikapinya dengan bijak. Kesiapan
kita dalam menghadapi datangnya masalah adalah hal penting yang harus
dipersiapkan.
Percaya
atau tidak. Dan tidak sama sekali. Aneh bukan?.
Bukankah
persoalan percaya dan tidak, adalah persoalan. Dan persoalan itu adalah
masalah, Bagaimana kita menyikapi masalah itu. Bukankah itu persoalan yang
menarik? Banyak orang yang menjadi lebih pintar hingga mencapai gelar
professor, karena mereka selalu menghadapi masalah. Bagi mereka masalah
merupakan tantangan sekaligus peluang yang memberikan kesempatan bagi seseorang
untuk mau berfikir dan berbuat lebih baik. Persoalannya sekarang apakah anda
mempercayainya?
Saya
percaya. Dengan mempercayai suatu masalah, hidup kita akan menjadi berkembang.
Karena persoalan hidup adalah masalah bagi kita. Jangan pernah lari dari
masalah.
Apa
masalah anda?
Apakah
anda mencoba lari dan menjauh darinya? Atau, Anda sudah siap untuk
menghadapinya. Bagaimana perasaan anda saat ini? Anda takut? Merasa sedih,
gembira atau biasa-biasa saja? Percaya atau tidak itu semua adalah masalah.
Anda harus segera membuat perubahan, karena
perubahan adalah masalah yang tidak pernah berubah.
Suatu
ketika saya menghadapi masalah. Saya kena tilang. SIM saya mati. Uang tidak
punya dan sedang tidak bekerja. Dengan mencoba meminjam, saya ingin mengambil
STNK yang ditahan. Saya terlambat.
Berkas tilang STNK saya sudah di kantor pengadilan menunggu sidang. Persoalan
baru pun datang, Saya harus meminta seseorang untuk mengurus dan mengambilnya.
Saya percaya. Tapi saat itu, kepercayaan saya tidak diikuti dengan rasa tentram
dan ketenangan dihati saya. Ada was-was dan curiga. Karena saya diminta untuk
menunggu esok harinya. Padahal uang sudah diserahkan, tidak ada ikatan
perjanjian dan saya tidak mengenalnya. Saya was-was dan tidak tentram, uang
kembali saya minta darinya dan berharap orang lain yang mengurusnya hari itu
juga. Tapi persoalannya pun sama. Saya harus menunggu sampai besok.
Dari
pengalaman dan kejadian itu saya mendapat beberapa point penting. Sesuatu yang
sangat berharga buat saya. Mungkin ada gunanya jika saya membaginya kepada
anda. Apakah anda setuju atau tidak. Bagi saya itu bukan persoalan tapi hikmah
dari masalah itu harus saya sampaikan.
o
Kita boleh percaya kepada seseorang atau
siapapun, dan apapun persoalannya jika saat itu ada rasa tentram di hati kita.
o
Percaya boleh tapi kita harus bersikap
waspada dan mampu berfikir dengan jernih.
o
Kepada siapa kita harus percaya dan apa
persoalannya.
Satu
hal yang menarik yang saya dapati dari peristiwa itu. timbulnya rasa sesal
dihati saya. Ternyata orang pertama yang saya minta untuk mengurus STNK adalah orang yang sudah puluhan tahun berada
di sana. Hampir semua orang mengenal dan mempercayainya. Masalahnya adalah dia
sudah cukup tua. Pendengarannya sudah mulai berkurang. Ketika diajak
berkomunikasi timbul kekhawatiran dihati saya, karena cara berkomunikasinya
kurang sempurna.
Hal
penting yang saya dapat dari kejadian itu
adalah, jika kita mempercayai seseorang tapi masih ada rasa was-was dan
kekhawatiran dihati kita, justru itu yang akan menghilangkan keberkatan dalam
usaha kita.
Tunggu apa lagi? Mau percaya atau tidak. Itu
terserah dengan Anda.
Baca Juga: Kiri atau Kanan
Suara
Menara Qalbu (SMQ) : Syaiful Bahri
catt
: 2007