Persahabatan Yang Gagal

Pernah punya sahabatkan? Yach, kita semua pasti punya sahabat. Mungkin lebih dari seorang sahabat yang kita miliki. Sahabat yang ngertiin kita, yang mau mendengarkan cerita dan kisah sedih kita, yang mau bantuin kita melakukan apa saja. Sahabat yang baik menjadikan dirinya sebagai diri kita. Ia merasakan apa yang kita rasakan. Ia tidak akan meninggalkan kita baik suka apalagi kita sedang dalam keadaan duka dan susah. Sahabat adalah seorang teman yang kita percayai.

Diantara sahabat-sahabatmu yang banyak itu. Tentu ada seorang sahabat yang sangat kamu percayai. Kepercayaanmu melebihi kepercayaan dari dirimu sendiri. Seolah sahabatmu itu yang lebih tahu banyak tentang dirimu. Sungguh kadang kamu tidak mempercayai itu. Mungkin adakalanya kamu marah saat sahabatmu itu mengkritik dirimu. Mulai dari cara berjalanmu, sampai gaya bicara, baju dan dompet yang ada didalam saku celanamu. Atau siapa orang yang cocok menjadi pendampingmu. Hihihi… sepertinya sahabatmu tahu semua tentang dirimu.

Aku membutuhkan sahabat. Sahabat yang menyayangi aku. Sahabat yang mempercayai aku. Sahabat yang mau dengerin aku. So…apakah kamu pernah seperti itu. Sepertinya tanpa seorang sahabat dirimu tidak berarti apa-apa. Kamu lagi sedih, mau ngomong sama siapa? Kamu lagi susah, mau minta tolong dengan siapa? Kamu lagi bahagia, ingin berbagi dengan siapa? Kamu tidak bisa hidup seorang diri.

Tapi  Sahabat bukanlah segala-galanya. Sahabat juga orang biasa. Ia bisa marah dan membenci kita. Kita juga bisa berpisah dengannya. Pernah dengarkan orang yang memutuskan tali persahabatannya? Kenapa? Jawabannya karena kita selalu menuntut dari persahabatan itu. Kita terlalu egois dengan diri kita. Kadang kita tidak mau mengerti dengan sahabat itu.

 Sahabat juga ingin didengar, diperhatiin, dan diturutin. Dan kita tidak boleh egois dengan diri kita sendiri. Kalau begitu, itu bukan bersahabat namanya. Hehe…Kamu mau jadi sahabat yang baikkan? Nah…berbagilah dengan sahabatmu itu. Dalam suka maupun duka. Usahakan selalu ada walau tanpa diminta. Itulah sahabat sejati.

 Dan bersahabat itu bisa gagal juga loh…! Persahabatan bahkan bisa putus. Menjalin persahabatn itu tidak mudah. Bersahabat itu dibutuhkan ketulusan, bahkan pengorbanan. Makanya saya menyarankan bersahabatlah dengan hati. Bukan karena adanyanya factor kepentingan. Kalau sudah seperti itu, namanya bukan sahabat lagi, tapi mencari peruntungan. Saat senang menjadi kawan, saat susah menjadi lawan. Dasar seperti itu bukan bersahabat namanya. Dan sejak awal hubungan persahabatn itu sudah gagal.

Bersahabat itu tidak milih-milih. Apakah ia orang kaya atau miskin. Apakah pintar atau bodoh. Apakah ia tinggal disebuah rumah yang mewah, atau yang tinggal dirumah reot dan tua. Tidak memandang ia anak siapa, sekolahnya apa, pekerjaannya dimana, cantik atau buruk rupanya. Jika hal-hal yang seperti itu bisa dikesampingkan, Seperti pangkat, kedudukan, kekayaan atau keturunan. Persahabatan akan berjalan dengan tulus. Ikatan emosional yang didasari dengan saling mempercayai dan berbagi, akan melanggengkan hubungan persahabatan.Namun jika persahabatan diawali dengan adanyanya keuntungan dari persahabatan itu. Persahabatan akan mudah putus dan tidak membekas.

Jadi dikatakan persahabatan itu menjadi gagal jika orang yang bersahabat mementingkan dirinya sendiri, tidak tulus dan hanya mencari keuntungan disaat sahabat itu dibutuhkan karena adanya kemampuan yang dimiliki orang tersebut. Baik itu berupa harta, pangkat,jabatan atau kedudukan. Namun jika itu semua hilang. Ia akan pergi meninggalkan sahabatnya itu, karena tidak lagi bisa memberikan keuntungan kepada dirinya lagi.
Baca Juga: CORONA Akan Berlalu Jangan Ngeyel

Nikmatnya Hidup!
Suara Menara Qalbu (SMQ) : Syaiful Bahri
Jum’at,  01 February 2013


Popular posts from this blog

“Kata Sambutan Ngunduh Mantu dari pihak Wanita”

Kata Pembuka dan Sambutan dari Pihak Wanita Saat Menerima Lamaran

“Asal Mula Nama Kue Bohong