“Kegaduhan Di Negeri Kolam Susu”
Oleh: Syaiful Bahri
Kegaduhan
demi kegaduhan sering terjadi. Kala negeri kolam susu di pimpin oleh penguasa
baru dari rezim oposisi yang berkuasa. Mulai dari berbagi menteri, sampai yang harus saling bertukar posisi. Mengisi
peran sebagai pembantu sang penguasa. Tak lepas dari berbagai wacana dan pro
kontra. Kearifan dan kebijakan sang penguasa di uji.
Belum separuh
jalan ada rakyat kolam susu merasa tak puas atas kerja penguasa. Antara mentri
yang satu dengan yang lain nyaris tak sejalan. Hampir-hampir saling menyerang
dalam kebijakan. Namun tidak ada langkah untuk menghentikan dari sang penguasa.
Hingga kegaduhan ditengah rakyat kolam susu. Sampai-sampai rakyat kolam susu
menjadi penonton yang bosan. Dan lelah menahan kemarahan.
Pun banyak persoalan yang dibiarkan larut dan berkembang.
Keasyikan sang penguasa dan kesibukannya dalam bekerja seolah mengenyampingkan
sebuah prioritas yang harus segera diselesaikan. Dugaan pencitraan terus
berkembang tapi tak ada suara yang berani mengatakan. Sang penguasa terus dielu
dan dipuja.
Hingga persoalan makin berkembang. Kegaduhan semakin
menggoncang, mengadu anak negeri
ketingkat emosi paling tinggi. Sang penguasa, baru sibuk kesana-sini. Menguras energi dan emosi. Melihat kanan dan
kiri mengatur posisi membela diri sebagai upaya membentuk citra diri yang
paling tegas dan berani.
Sampai di sini aku terdiam. Semua persoalan kegaduhan yang
aku ungkapkan telah berlalu namun tidak bisa aku lupakan. Di layar kaca aku
selalu menyaksikan peristiwa kegaduhan itu. Yah, kegaduhan-kegaduhan baru. Kegaduhan
yang juga kerap ditampilkan oleh media televisi. Maupun media sosial.
Pro dan
kontra maupun polemik menjadi berita dan
tontonan baru. Kegaduhan-kegaduhan baru seakan tak pernah habis di negeri kolam
susu. Mulai dari tentang Puisi, Tenaga Kerja Asing (TKA), Kaos dan perang #
(Tagar), Car Free Day sampai Persekusi. Hingga kerusuhan dan ledakan Bom.
Hingga perburuan para pelaku dan upaya pencegahannya. Mereka diburu karena
diduga sebagai Teroris.
Aku di buat
bingung dengan kegaduhan-kegaduhan itu. Aku pikir akan semakin mudah bagiku
untuk memancing dan menjala di negeriku. Kini negeriku penuh hujan badai yang
selalu datang dan menghantui.
Aku pun makin
bingung ketika kegaduhan itu muncul lagi gara-gara 200 daftar nama. Aku pun bertanya,
Ada apa dengan negeriku? Adakah kepanikan dan kegalauan dari sang penguasa?
Mengapa ketakutan-ketakutan terus dipelihara? Bukankah para ulama menjadi
bagian dari sejarah berdirinya negeri ini?. Jangan Jauhkan kami dari ulama.
Aku tak mau lagi berpolemik. Sementara sang penguasa masih
sibuk terus bekerja. Atau sedang meracik rencana untuk bertahan?
Aku tak ingin menjadi bagian dari pembuat kegaduhan-kegaduhan
itu. Aku yakin Tuhan juga mempunyai rencana bagi pelaku perencana.
Salam Damai. J
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa 1439 H
Baca Juga: Mengapa Aku Harus Ganti Presiden?
By: Syaiful Bahri
Suara Menara Qalbu (SMQ); 21/05/2018