“Ketika Putraku Bersedih”
Terdengar suara motornya berhenti di depan rumah. Kualihkan perhatianku dan beranjak membuka pintu yang tertutup. Kupandang wajah lesu penuh lelah. Tidak seperti biasanya. Ia enggan memasukkan motornya kedalam. Dibiarkannya terparkir didepan pintu halaman. Walaupun sudah kupinta. Namun ia tidak menjawab. Aku hanya diam. Memandang wajahnya yang lelah, ada beban yang sedang ia rasa. Raut wajah sedih tak bisa ia sembunyikan dariku. Langkah kakinya menghampiriku. Diciumnya tangan dan pipiku. Tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Ia pun bergegas membuka sepatu dan menanggalkan baju seragamnya. Tatap mataku mengikuti langkahnya. Geraknya cepat mengganti bajunya. Dan kembali melangkah didekatku yang tengah berbaring sembari menyaksikan Damai Indonesiaku spesial Ramadhan di TVOne. Ia pun merebahkan tubuhnya disampingku. Terdengar tarikan nafasnya perlahan. Kupalingkan wajahku memandangnya. Tanpa melihatku, matanya menatap langit atas rumah. Ia pun mulai bercerita...